Latest update Februari 5th, 2021 8:41 AM
Jan 30, 2021 Brian Berita Utama, Intrakurikuler 0
Manusia adalah mahluk yang paling unik di muka Bumi ini. Setiap kita adalah satu-satunya di dunia ini. Tidak ada satupun di antara manusia yang memiliki derajat kesamaan total 100%. Meski seorang kembar identik sekalipun, mereka tetap memiliki sisi yang berbeda dengan saudara kembarnya (Muwafik: 2011). Setiap manusia dilahirkan dengan membawa potensi yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Potensi sebelumnya merupakan faktor hereditas yang merupakan suatu kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap individu yang baru dilahirkan untuk beradaptasi dengan lingkungan agar dapat berkembang secara optimal. Dalam dunia pendidikan, Potensi bawaan ini perlu ditumbuh kembangkan melalui berbagi stimulasi dan upaya-upaya lingkungan (Sugiharto:2007). Hal ini, dikarenakan setiap dari kita memiliki perasaan, akal budi, karakter atau watak yang beragam.
Namun, Sering kali dalam kenyataan di dunia pendidikan, ada beberapa guru yang dengan cepat memberi label “anak bodoh” atau “anak malas” kepada peserta didik yang kurang baik dari segi kognitifnya atau matematisnya (Afrisanti:2011). Padahal berdasarkan teori perkembangan siswa, diyakini bahwa setiap siswa lahir dengan lebih dari satu bakat. Setiap siswa mempunyai bakat, yaitu kemampuan yang menonjol dalam salah satu aspek kepribadian, hal ini diperoleh sebagai bawaan, inilah yang disebut sebagai kecerdasan (Howard: 2013). Olehnya, sebagai pendidik tentulah kita berkewajiban memberi rangsangan pada tiap kecerdasan yang muncul dari siswa.
Dahulu orang mengira bahwa kecerdasan seseorang hanya bersifat tunggal yakni IQ (intelligence quotient) saja. Anggapan tersebut telah menimbulkan salah persepsi terhadap cara menilai peserta didik. peserta yang lemah di bidang matematika atau verbal-linguistik, di nilai sebagai anak yang bodoh. Hal ini menimbulkan stereotip di masyarakat, bahwa anak yang pandai harus memiliki peringkat dan nilai yang membanggakan. Namun, penemuan-penemuan terbaru menunjukkan fakta bahwa setiap peserta didik memiliki kecerdasan tersediri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, jadi sebenarnya tidak ada peserta didik yang bodoh (Nandang:2008). Kewajiban orang tua di rumah dan guru untuk memelihara setiap kecerdasan anak sejak dini. Kejeniusan alami tersebut hendaklah dipelihara dan ditumbuh kembangkan secara optimal oleh orang dewasa (Hamzah: 2014). Kenyataan bahwa dunia ini kaya dengan keberbedaan dan keragaman, kemudian mendorong kita mengalami berbagai kemajuan, Didukung oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat saat ini memunculkan tantangan baru bagi seluruh aspek, tidak terkecuali dunia pendidikan yang memiliki fungsi membimbing, mengarahkan, mengajarkan, serta mendidik manusia.
Karena perkembangan IPTEK yang begitu kencang, maka munculah Teori mengenai kecerdasan Majemuk yang dikemukakan oleh Gardner melalui bukunya yang berjudul “Frames of Mind The Theory of Multiple Intellegences” pada tahun 1983. Kecerdasan yang ada pada diri manusia yang telah diidentifikasi oleh Howard Gardner diantaranya adalah Kecerdasan Linguistik, Kecerdasan Logika-Matematik, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Visual-Spasial, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Naturalis, dan Kecerdasan eksistensi (Howard:2013).
Kecerdasan verbal/linguistic, adalah kemampuan menggunakan kata-kata/ bahasa secara efektif, baik untuk mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari–hari kecerdasan linguistik bermanfaat untuk berkomunikasi, mendengarkan, membaca, dan menulis. Cara mengaktifkannya adalah dengan memberikan tugas menulis kreatif di rumah, membaca buku, serta membuat permainan kata-kata (Nandang: 2008). Kecerdasan ini membantu kesuksesan karir dibidang kepenulisan, pendidik, orator,dan sebagainya.
Kecerdasan logika/Matematika, adalah keterampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat. Kecerdasan tipe inilah yang digunakan ilmuwan untuk membuat hipotesa dan dengan tekun mengujinya lewat berbagai eksperimen. Cara mengaktifkannya adalah dengan memberikan perhitungan problema aritmatika, permainan yang bertema strategi, dan teka teki logika. Tipe kecerdasan logika matematika ini sangat menyukai program bahasa komputer atau program softwer logika. Inilah kecerdasan yang sering dikatakan sebagai kecerdasan dalam bersekolah. Kecerdasan ini membantu kesuksesan karir dibidang programmer, ahli Matematika, ilmuwan, dan sebagainya.
Kecerdasan musikal, adalah kemampuan mengubah atau menciptakan musik serta menjaga ritme. kecerdasan musikal melibatkan kemampuan menyanyikan sebuah lagu, mengingat melodi musik, memiliki kepekaan irama ataupun tertarik dengan alunan musik (Nandang: 2008). Cara mengaktifkannya, adalah dengan mengajarkannya cara memainkan alat musik, memasukkannya dalam ekskul yang bertema musik dan paduan suara, serta mengikutsertakan dalam event-event music. Penyanyi, band, serta Disc Jockey mengoptimalkan kecerdasan tipe ini, dengan sering mengikuti kegiatan ekskul musik, serta lomba yang bertemakan musik, semakin dia menikmati musik maka semakin terasah pula kecerdasannya
Kecerdasan kinestetik-jasmani, adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan tangan, Cara mengaktifkannya tentu dengan sering terlibat dalam kegiatan fisik seperti olahraga, menari, membongkar pasang benda-benda tertentu, dan sebagainya. Tipe kecerdasan ini perlu menyentuh sesuatu yang ingin dipelajari. Kadang kita sering menyepelekannya, padahal dalam aktifitas sehari-hari kita sangat memerlukan kecerdasan yang satu ini,misalnya: untuk event-event olahraga, event-event Tarian, bahkan sampai hal-hal yang kecil seperti memperbaiki mobil atau motor, memperbaiki listrik atau barang rumah tangga, sampai menjahit. Kecerdasan tipe ini, membantu kesuksesan karir di bidang olahragawan, penari, penjahit, ahli bedah, Tukang Kayu, Montir dan sebagainya.
Kecerdasan Spasial, Kecerdasan spasial adalah kecerdasan gambar dan bervisualisasi. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar di dalam kepala seseorang dan menciptakanya dalam bentuk 2 atau 3 dimensi. Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spasial yang tinggi biasanya memiliki daya imajinatif yang cepat dan tepat. Ia dengan cepat mampu menerjemahkan ketidakaturan benda-benda di sekitarnya menjadi sesuatu yang indah dan teratur. Peserta didik yang memiliki tipe kecerdasan ini mampu mengeluarkan hasil olah pikirannya dalam bentuk gambar dan lukisan. Misalnya walau hanya dalam pikirannya, ketika ia melihat hamparan padang rumput dan pohon di lereng gunung, ia akan menggeser gunung, pohon sungai, tersebut ke tempat lain, yang menurut daya imajinasinya lebih tepat dan indah. Bahkan ia mampu melihat ketidakaturan diterminal atau pasar dan mampu merubahnya lebih baik walau hanya dalam pikiran. Walau ia memahami bahwa dirinya berada dalam ruang dan waktu, namun daya imajinasi yang ia miliki menjadikan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu . Cara mengaktifkan kecerdasan tipe ini adalah dengan membuat pola permainan ruang, memberikan tugas menata posisi sebuah ruangan, membaca peta, mendesain bentuk, melukis, serta memberikan Games virtual yang bertemakan ruangan. Kecerdasan tipe ini membantu kesuksesan di bidang, arsitektur, kapten kapal, pilot, pelatih sepak bola, design grafis, dan lain-lain.
Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja untuk orang lain. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan berempati, kemampuan memimpin, dan kemampuan mengorganisir orang lain. Cara mengaktifkannya, adalah dengan membuatnya terjun dalam suatu organisasi, menunjuknya sebagai seorang penanggung jawab, ketua kelas, ketua OSIS/ OSIM, atau Organisasi-organisasi kecil lainnya (Nandang: 2008). Kecerdasan tipe ini membantu kesuksesan terhadap segala jenis pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain, terutama public figur, pemimpin, guru, konselor, dan lain-lain.
Kecerdasan Intrapersonal, adalah kecerdasan dalam menganalisis diri dan merenungkannya dalam kesunyian, serta mampu menilai prestasi seseorang dengan perasaan yang terdalam. Kecerdasan tipe ini melibatkan kemampuan untuk memahami diri sendiri, dan mengetahui siapa sebenarnya diri kita. Cara mengaktifkannya, adalah dengan mengajarkan pola tanggung jawab dan amanah sedini mungkin, agar peserta didik tidak terombang ambing dalam pilihan-pilihan dalam dirinya, mengajarkannya untuk bisa menganalisis benar dan salah, serta memberikan buku harian agar peserta didik dapat mencurahkan pikiran terdalamnya serta membuat list target untuk dirinya sendiri (Nandang: 2008). Kecerdasan ini sangat penting bagi wirausahawan dan pekerjaan lain yang mengharuskan seseorang berlaku disiplin terhadap dirinya sendiri. Peserta didik dengan tipe kecerdasan ini memiliki keyakinan dan pengetahuan untuk mengetahui arah bidang, atau bisnis yang baru, selan itu ia juga mampu menjadi konselor, terapis, dan lain-lain.
Kecerdasan Naturalis, adalah kecerdasan dalam mengenal bentuk-bentuk alam seperti flora dan fauna di sekitar kita. Cara mengaktifkannya, dengan mengajarkan pola budi daya tanaman yng baik, mengajarkannya cara untuk memelihara alam dengan lebih bijak, sering melaksanakan kegiatan yang bertema Outdor, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan kecerdasan ini untuk berkebun, berkemah, atau melakukan proyek-proyek yang bertemakan lingkungan. Kecerdasan ini dibutuhkan di banyak profesi seperti ahli biologi, penjaga hutan, holtikulturasi, Outdor influencer dan sebagainya.
Kecerdasan eksistensi/spiritual, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kepekaan dalam menghubungkan antara keberadaan diri (eksistensi diri) dengan alam semesta, orang dengan tipe ini memiliki karakter cerdas dan senang merenung, ia mampu melihat hal yang tak terfikirkan oleh banyak orang, mengerti hal yang bersifat metafisik dan filosofis. Cara mengaktifkannya adalah dengan memberikan rangsangan berupa pertanyaan-pertanyaan yang bersifat filosofis ataupun spiritual, seperti persoalan-persoalan mendasar tentang keberadaan manusia, dari mana, untuk apa, dan mau kemana setelah kehidupan. Peserta didik dengan tipe kecerdasan ini sering mengajukan pertanyaan yang tak terduga, seperti “untuk apa kita hidup? Mengapa harus bekerja toh kita akan mati? mengapa tuhan menciptakan manusia?”, dan pertanyaan sejenis lainnya (Semiawan:2009). Kecerdasan tipe ini memberikan dampak positif bagi setiap orang dalam bidang apapun yang ia tekuni, karena kecerdasan dengan tipe ini mampu menghasilkan individu yang merasa selalu diperhatikan oleh Sang pencipta, serta terikat denganNya, sehingga produktivitas kinerja dari individu tersebut akan lebih meningkat dan terasa lebih bermakna.
Oleh: Ahmad Romadlon, S. Pd.I
happy wheelsFeb 05, 2021 0
Jan 28, 2021 0
Jan 27, 2021 0